Apr 9, 2006

PKS Office at Karanganyar

Kantor ini saya desain berdasarkan permintaan klien yang merupakan salah seorang anggota partai. Kebetulan pada waktu itu saya baru saja menyelesaikan kuliah saya dan bekerja sebagai freelancer yang diminta untuk membuat Desain proposal perencanaan kantor ini.

Secara umum, bangunan akan menjadi Kantor Perwakilan Daerah untuk Wilayah Karang Anyar, yang otomatis menjadi wadah untuk kegiatan intern maupun ekstern partai, sedangkan konsep tampilan bangunannya merupakan perwujudan dari azas PKS yang Sederhana, Bersih dan Tertata.


Sayangnya saya terhenti pada proses desain ini karena panggilan kerja di Bandung. Kehilangan kontak dengan owner membuat saya kehilangan informasi juga, apakah perencanaan kantor ini berlanjut ke tahap pembangunan atau tidak.

Apr 6, 2006

Sanggar Anak Pinggiran

Desain kali ini adalah produk Tugas Akhir saya. Terinspirasi dari beberapa rumah singgah dan juga sanggar untuk anak-anak pinggiran (lebih banyak yang menyebut anak jalanan) yang pernah saya kunjungi maka saya mengangkatnya sebagai karya Tugas Akhir.

Sanggar ini saya rencanakan sebagai wadah bagi kegiatan anak-anak pinggiran di Surakarta, utamanya di Daerah Gading, Gladag dan sekitarnya. Karena adanya beberapa perbedaan perilaku antara anak-anak kebanyakan dan anak pinggiran, maka pendekatan desain yang digunakan adalah dari sisi perilakunya.

Perilaku dan arsitektur sendiri memang seringkali terkait satu sama lain. Perilaku mempengaruhi bentuk berarsitektur, atau juga arsitektur mempengaruhi perilaku penggunannya. Dalam mendesain sebuah bangunan ataupun produk, sang desainer sendiri tentu sering menggunakan aspek-aspek perilaku yang spesifik bagi penggunanya, apa lagi jika sebuah desain dipesan secara personal. Begitu pula dengan sanggar ini. Ada beberapa teori desain mengenai perilaku yang diterapkan untuk menata, mewadahi dan juga mengarahkan perilaku anak-anak ini. Beberapa perilaku anak pinggiran yang terbaca dan perlu diperhatikan dalam hal ini diantaranya Aktif dan kreatif, Solidaritas tinggi, mandiri, adaptif terhadap lingkungan, menganggap ruang publik kota = rumah, mengacau dan mengganggu.

Secara desain, perilaku-perilaku ini ditata, diwadahi, dan diarahkan antara lain dengan beberapa strategi desain diantaranya:
Mencari lokasi yang strategis agar mudah di jangkau oleh mereka,
Bentuk fasade yang terbuka agar anak-anak ini tidak jengah atau takut untuk bergabung, interior atau ruang dalam yang akrab dan intim: diataranya dituangkan dalam pengadaan ruang-ruang bersama (comunnal space), pengaturan tempat istirahat pengelola dan anak-anak yang menyatu, dan juga penggunaan material yang banyak menggunakan material ekspose (bata, beton dan kayu)

Peruangan dan kegiatan yang bebas, ruang-ruang di buat mengalir, dengan sekat-sekat yang transparan sehingga semua sudut ruang bisa dijadikan tempat bermain. Untuk kegiatan, anak-anak ini diberikan kebebasan memilih aktifitas yang menarik untuk dia termasuk belajar, membaca, bermusik ataupun aktifitas lain yang bisa mereka kembangkan sendiri.
Mampu memberikan rasa Aman. Karena beberapa hal, anak-anak ini kadang rentan dari rasa aman, maka sanggar ini diharapkan dapat memberikan hal itu. Selain dengan adanya fungsi pengasuh yang mampu membentuk keberanian anak-anak ini, secara fisik bangunan juga mampu membantu membentuk psikologisnya. Beberapa langkah desain yang digunakan diataranya penerapan konsep cul de sack atau mengantong untuk memudahkan fungsi kontrol, penggunaan pagar pembatas depan yang tidak terlalu tinggi agar interaksi dengan masyarakat dapat terjadi dan membentuk social control.
Menyatu bersama lingkungan dengan kesan sederhananya. Dengan keberadaan anak pinggiran yang notabene biasanya berasal dari kaum marjinal, maka secara fisik, bangunan pun harus disesuaikan dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa hal perlu diperhatikan, terutama untuk bentuk fasade dan penggunaan material bangunannya.

Pada dasarnya konsep ini merupakan bentuk penerapan perilaku ke dalam sebuah desain. Perilaku manusia sendiri selalu mengalami perubahan dari dari ke hari, masa ke masa sehingga tentu saja mempengaruhi bentuk desain itu sendiri. Mmm.. memang belum menjadi karya yang sempurna karena masih perlu perbaikan dan masukan di sana-sini terutama mengenai konsep non fisiknya.
Untuk penangangan anak pinggiran sendiri, belakangan banyak dilakukan dengan adanya partisipasi aktif dari masyarakat terkait. Dengan adanya program pemberdayaan masyarakat yaitu dari, oleh dan untuk mereka sendiri maka diharapkan penanganan anak pinggiran ini menjadi lebih efektif. Semoga..